OVOC Kepulauan Seribu: Saatnya Membangkitkan Wirausaha Budidaya Ikan Kerapu
emhate.com – Pada semester gasal tahun akademik 2022, Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir IPB University (Ditmawa-PK) kembali melancarkan program MBKM Sociopreneur One Village One CEO (OVOC) yang merupakan sebuah program untuk memberikan pembelajaran kepada mahasiswa mengenai bagaimana membentuk ekosistem bisnis perdesaan berbasis produk unggulan desa (Prukades) berorientasi ekspor.
Salah satu rangkaian kegiatan OVOC ini adalah Field Project dengan peserta turun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi secara real-time sehingga dapat dirumuskan segala sesuatu yang dapat dilaksanakan guna mengembangkan prukades setempat.
Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta menjadi salah satu desa yang menjadi sasaran program ini, terlebih sejak 2005 melalui PKSPL LPPM IPB sudah merancang sistem Sea Farming guna memberdayakan masyarakat setempat dengan budidaya ikan kerapu sehingga melalui program OVOC diharapkan dapat menjadi sarana untuk menggairahkan bisnis pada budidaya ikan kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu.
Field project diawali dengan observasi guna menggali informasi dari pihak-pihak yang terlibat pada budidaya ikan di sini seperti kelompok pembudidaya, forum yang menaungi kelompok, pengepul lokal setempat, balai lapang Sea Farming PKSPL LPPM IPB, Balai Benih Ikan Laut UPT PBKL, dan juga Sudin KPKP terkait masalah apa saja yang dialami pada budidaya.
Hasil observasi sendiri mengerucut pada beberapa hal seperti penggunaan fasilitas Balai Benih Ikan Laut Pulau Tidung yang belum optimal, pengawasan kelembagaan yang belum maksimal, pelaksanaan sisi operasional dan keuangan yang belum disertai pertimbangan keberlanjutan, kemandirian pembudidaya yang masih kurang, akses benih dan pakan yang sulit, adanya kapitalisasi sudin di forum budidaya, forum belum mandiri dan kuat serta hanya berfungsi sebagai media bantuan juga tidak ikut mengelola pemasaran, serta rendahnya kepercayaan para pembudidaya terhadap sesuatu hal baru sehingga sulit untuk melakukan perubahan.
Setelah itu, hasil observasi tersebut dikonsultasikan kembali oleh tim peserta bersama Dosen Sekolah Bisnis IPB, Dosen Pembimbing Lapang, perwakilan dari PKSPL LPPM IPB sebagai Local Champion setempat, juga pihak dari Ditmawa-PK IPB sebagai pelaksana OVOC untuk merumuskan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan berdasarkan hasil observasi.
Hasil konsultasi tersebut melahirkan beberapa rekomendasi program kerja yang dapat dilakukan seperti merancang ekosistem bisnis ikan kerapu Pulau Panggang secara garis besar dari hulu-hilir dalam bentuk business model/jurnal/panduan sehingga dapat dilihat mana yang akan didahulukan yang nantinya dapat dijadikan rekomendasi bagi IPB juga para peserta OVOC berikutnya.
Selanjutnya, tim menggelar focus group discussion untuk memaparkan rancangan skema bisnis berdasarkan hasil observasi yang juga termasuk hasil rekomendasi program kerja tersebut bersama stakeholder terkait seperti Sudin KPKP, UPT PBKL, perwakilan forum, juga dibersamai Dosen Pembimbing Lapang OVOC Kepulauan Seribu Dr. Beginer Subhan, S.Pi., M.Si.. Kegiatan ini diharapkan bisa menjadi kompas untuk mengembangkan entrepreneurial mindset pembudidaya sehingga dapat mandiri dalam mengoperasikan budidaya ikan kerapu di Pulau Panggang.
Terdapat beberapa poin yang dihasilkan pada program FGD ini seperti menguatkan sistem informasi yang berpusat pada forum mulai dari pembenihan hingga penjualan, juga dibutuhkan keterampilan perhitungan operasional terkait kuantitas ideal kebutuhan benih sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi pembudidaya. Lalu dibutuhkan juga pola pakan kerapu melalui pengadaan pakan mandiri yang berkualitas dan mencari formula pakan mandiri untuk kerapu serta mengadakan pelatihan terkait hal-hal tersebut.
Juga dibutuhkan bantuan benih dari berbagai sumber dikarenakan kapasitas PBKL hanya dapat memenuhi 1/5 kebutuhan benih di Kepulauan Seribu sebagai stimulan. Selain itu dibutuhkan pembuatan UPR sehingga siklus dan perputaran budidaya semakin sering dan teratur. Lalu melakukan kajian keberlanjutan budidaya ikan kerapu terkait penggunaan lahan laut dan mendiversifikasi budidaya di Kepulauan Seribu seperti budidaya bawal bintang dan ikan hias nemo agar dapat memperluas pangsa pasar sehingga ikut meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Pada akhirnya, dibutuhkan sinergi yang kuat antara semua pihak terkait, sehingga bukan tidak mungkin meningkatkan gairah bisnis budidaya di Pulau Panggang tidak menjadi sekedar isapan jempol belaka, yang pada akhirnya juga dapat ikut meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Pulau Panggang, Kepulauan Seribu.
Posting Komentar