Tenang Saja #73
Sudah dua kali saya ada kekeliruan saat mengirimkan tugas. Pertama, salah memberikan nama file. Seharusnya diakhir nama file itu saya tulis nomor 1. Namun, yang saya kirimkan malah nomor 3. Kedua, ketika memberikan nilai partisipasi. Ini sangat fatal. Saya memberikan nilai jauh lebih rendah. Bahkan di bawah ambang batas minimumnya. |
Merespon kondisi tersebut jujur saja sempat panik, tapi saya mencoba untuk tenang, tenang, dan tenang. Saya share di grup. Berdoa saja semoga filenya diterima.
Besoknya dosen meminta mahasiswa mengirimkan file yang sudah final. Termasuk saya, saya pun mengirimkan kembali dengan nama file yang sudah diperbaiki.
Kejadian kedua, setelah klarifikasi di grup, saya juga konfirmasi di grup, karena ini akan berpengaruh terhadap nilai mereka (anggota satu kelompok saya). Bersyukurnya, anggota di kelompok saya itu mengerti. Bersyukurnya lagi, setelah konfirmasi ke dose ada jalan keluarnya. Saya diminta untuk mengirimkan ke kelas praktikum sebelah.
Di kondisi tersebut saya teringat untuk tenang saja. Apapun kondisi yang sedang kita hadapi, kita mesti tenang. Respon dengan positif. Jangan ditambah dengan respon negatif. Kalau pun tidak bisa, tidak apa, tohitu sudah tidak bisa dirubah lagi kan? Dan kita sudah ada ikhtiar untuk memperbaikinya. Tinggal di kemudian hari kita lebih teliti dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Prinsip saya begitu, karena kita harus fokus lagi yang ada di depan kita. Bisa kita perbaiki dan belajar dari fenomena tersebut. Setiap kejadian yang ada di muka bumi ini terdapat hikmah-hikmah yang bisa kita petik.
Kalau kata Jamil Azzaini fokus lagi dengan kelebihan kita. Kesalahan yang pernah kita lakukan jangan kita ulangi. Fokus lagi pada kelebihan dan kekuatan yang kita miliki. Setidaknya kita bisa menambal kesalahan tersebut dengan kekuatan dan kelebihan kita.
Bogor, 23 Februari 2021
MHT
Posting Komentar